Gambar : Google.com |
Hari ini 17 Agustus 2020, peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke 75. Jika hari ini adalah Peringatan, maka pasti ada sesuatu yang diperingati, yang perlu diingat, tidak boleh dilupakan dan harus ditanamkan pada setiap generasi. Hari Kemerdekaan merupakan pengingat bahwa bangsa ini dulunya pernah terjajah, pernah tertindas, pernah dirampas haknya, bahkan terusir dari tanahnya. Apa sebetulnya esensi dari peringatan hari kemerdekaan setiap tahunnya? Pastilah bukan hanya tentang prosesi upacara saja, namun lebih dari itu masyarakat harus memaknai peristiwa-peristiwa sejarah perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dibalik itu semua. Pertanyaan itu harusnya muncul dibenak setiap pemuda, untuk apa kita diminta ikut hadir dalam prosesi upacara kemerdekaan setiap tahunnya? Sebagai generasi muda yang lahir jauh setelah masa kemerdekaan, kepekaan terhadap kepentingan nasional menjadi kurang terasah, karena kita hidup jauh setelahnya dimana keadaan serba memadai dan tentu tidak ikut merasakan ill will and hostility selama masa perjuangan melawan penjajah. Beda dengan generasi akhir saksi sejarah yang masih hidup hingga sekarang, jika bisa diukur kecintaannya tehadap bangsa maka pastilah sangat besar cinta dan kesetiannya jika dibandingkan dengan kami generasi muda, yang berbahasa pun dengan gengsi dan merasa keren dengan gaya ala western.
Kecintaan
terhadap bangsa bisa lahir jika kita dapat memahami bagaimana bangsa ini
dulunya diperjuangkan kemerdekaannya, bagaimana tersiksanya dan pengasingan
yang dilakukan penjajah terhadap para pejuang tanah air, bagaimana para
penjajah merampas hajat hidup warga pribumi, perjuangan dan semangat para
pemuda bersatu padu dalam upaya-upaya kemerdekaan, semua diabadikan dalam
banyak catatan, biografi, maupun buku-buku sejarah. Sayangnya dimasa dekadensi
literasi saat ini, tidak banyak yang tertarik dengan bacaan atau hal semacam
itu, jauh lebih menarik dan mengasyikkan menghabiskan waktu berjam-jam main
game bersama rekan setongkrongan, kita jumpai dari usia muda hingga dewasa
banyak yang terjebak melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan hal yang
menurut saya sia-sia. Bagi saya, membaca buku sejarah adalah versi lain dari
mendengarkan cerita dongeng masa lalu. Mengasyikkan karena apa yang dibayangkan
seolah terekonstruksi menjadi imajinasi visual, kisahnya terstruktur dan telah
disusun rapi dari awal hingga akhir. Dengan banyak membaca referensi sejarah
nasional maupun buku-buku perjuangan kemerdekaan, rasa empati dan solidaritas
anak bangsa itu akan hadir, juga timbul perasaan ingin menjaga keutuhan bangsa
sebagaimana yang para leluhur perjuangkan dahulu. Inilah yang disebut
nasionalisme, empati yang hadir murni dari pekanya hati yang terasah oleh
rangkaian cerita panjang perjuangan masa lalu, paham know how nya bangsa ini, tulus ingin menjaga keutuhan negara
sebagai wujud cinta tanah air.
Sumber
: kompasiana.com
0 Komentar